[Close]

.


Kamis, 15 Juli 2010

"Untuk Acah"

Perempuan ini bernama Ai Cahyati (aku senang memanggilnya Acah, nurutan Weweh.. :-D ). Cantik bukan? Acah adalah adik dari ibuku. Acah lebih muda 1 tahun dariku. Mungkin karena usia yang tidak jauh berbeda, aku sangat dekat dengannya.

Tanteku ini dilahirkan sebagai seorang tunanetra. Sesuatu yang mungkin menurut orang kebanyakan merupakan 'kekurangan', tapi justru menurutku suatu anugerah dari Allah. Keadaan ini justru membawanya pada kehidupan yang lebih baik dibandingkan kami. Acah adalah satu-satunya anggota keluarga kami yang bisa masuk bangku kuliah. Sekarang Acah sedang menyusun skripsi di PLB UPI. Suatu hal yang membanggakan bagi kami yang notabene lahir dan hidup di sebuah kampung di kaki Gunung Burangrang. Di mana belum ada satu pun warga kampung kami yang menjadi seorang Sarjana. Dan Acahlah yang akan menjadi Sarjana pertama dari kampung kami.  

Di antara kami, dia yang paling dulu mengenal dan menggunakan internet. Bahkan kami yang 'awas' seringkali bertanya ini itu seputar internet. Saat ini Acah menjadi instruktur komputer dan internet di Yayasan Mitra Netra Bandung. Acah mengajarkan cara menggunakan komputer dan internet pada kawan-kawannya sesama tunanetra.

Hari Rabu kemarin, tante mudaku ini mengalami musibah yang tak disangkanya. Ketika sedang mengajar di Mitra Netra, tanpa disadari 2 buah handphonenya hilang. Padahal kedua handphonenya itu disimpan di dalam tas. Hanya dalam waktu kurang dari 5 menit, handphone tersebut raib. Jelas ada tangan jahil yang menggerayangi tasnya. Dan tangan seorang tunanetra tidak akan secepat itu mengambil barang dari tas orang lain. Kesimpulannya, ada seorang 'awas' di sana yang sengaja mengambil handphone tanteku itu. Dan karena kebanyakan yang berada di TKP saat itu adalah tunanetra, maka tidak ada saksi mata. 

Saat itu aku yakin Acah pasti sangat sedih. Karena salah satu hpnya adalah hadiah istimewa dari sang suami setahun yang lalu. Handphone itulah yang selalu menjadi teman setianya kapan pun dan di mana pun. Selain merasa sedih karena telah kehilangan barang istimewa pemberian suami tercinta, juga hari-hari berikutnya akan menjadi hari yang sepi bagi Acah. Aku sendiri tak bisa berbuat apa-apa. Hanya menghiburnya dengan keahlian menghiburku yang bahkan kurang dari pas-pasan. Payah.

Sungguh si pencuri itu tidak mempunyai hati nurani. Pengecut! Biarlah dia nikmati hasil curiannya saat ini, dan biar Allah yang mengurus perhitungan atas perbuatannya.

Yang pasti, ku hanya berdo'a dan berharap ke depannya Acah baik-baik saja. Dengan ataupun tanpa handphone..life must go on. Seperti Ketum bilang, "Tetaplah bersyukur. Walaupun kehilangan handphone...kan masih punya suami, daripada punya handphone tapi ga punya suami...", huuuuuuu.

Buat Acah, "Keep smile..senyum yang dari hati. Ikhlas akan membawa kebahagiaan. Kehilangan barang kesayangan tidak sepahit kehilangan orang yang paling kita cinta..ok? Luph yuh".

Acah's blog -->http://www.a-cahyati.blogspot.com/
 

3 komentar:

asmat siagian mengatakan...

Sangat menarik...hehe aku yang awasnya belum bisa jadi sarjana....salut atas sikap tante muda yg cantik.

Yeti Widayanti mengatakan...

Tanteku cantik yang bang...hehehehe :D

mata hatiku mengatakan...

aduh...aku baru tahu. benar-benar tak pantas perbuatan pencuri itu. aku salut sama teh ai yang berprestasi. salam kenal.

Posting Komentar

Blog Sahabat

zeffa09. Diberdayakan oleh Blogger.

Category

Followers

© Copyright 2010 Long Life Education is proudly powered by blogger.com