[Close]

.


Senin, 02 Agustus 2010

Senangnya Bersama Ayah

Sesuai hadits nabi, ibu memang tiga tingkat di atas ayah, tapi Islam mengajarkan bahwa garis keturunan berakar dari ayah.

Kapan seorang lelaki menjadi ayah? Ternyata tak mesti menunggu mulut kecil cadel memanggil, "Ayah". Ketika ijab qabul akad nikah diucapkan, ia sudah menjadi seorang suami. Saat seorang suami terlibat dalam pembuahan, ia adalah seorang ayah. Masa kehamilan ini dapat Anda gunakan mematangkan diri Anda sebagai seorang diri Anda sebagai seorang ayah.


Diceritakan bahwa usai shalat melam Imam Syafi'i rajin 'mengintip' celana dalam anak lelakinya. Hal tersebut ia lakukan menjelang masa akil baligh anak itu hingga si anak mimpi basah. setelah anaknya akil baligh, Imam Syafi'i membawanya ke masjid dan mengumumkan perihal tersebut. Sang anak juga diberi nasihat bahwa jika sudah akil baligh seluruh pahala dan dosanya ditanggung sendiri. Kepada bapak-bapak yang hadir, sang Imam menegaskan ada dua kewajiban, "Jika bapak-bapak melihat kesalahan pada anak ini, tegurlah, jika melihat kerusakan pada anak ini, perbaikilah," pesan Imam Syafi'i.


Masa kecil anak, ibu memang banyak mengambil peran, karena saat itu anak membutuhkan asuhan yang cermat darinya. Setelah anak tumbuh besar, ayah harus banyak terlibat karena anak yang sudah besar secara psikis akan mengalami perubahan. Merawat anak terlalu cermat seperti gaya ibu malah bisa menimbulkan keantipatian pada orangtua. Ayah kadang memberi perspektif lain dalam bersikap, seperti cerita kecil di bawah ini.

Seharian Toto merengek minta cilok. Bagi Anda yang belum tahu, cilok adalah penganan sejenis baso yang dicolok dengan lidi dan diberi saus. Jajanan ini nikmat dan murah meriah bagi anak-anak.

Sebagai ibunya, Nuri khawatir dengan jajanan ini. Baso serta saus itu tidak jelas resepnya juga di bawah standar kesehatan. Penganan itu juga sering menjadi penyebab sakit perut. Meski berkali-kali ibunya melarang, Toto tetap merengek. Akibatnya sang ibu pun kesal dan hampir lepas kemarahannya.

"Coba gantian dong, Ayah yahg urus si Toto," kata Nuri yang mulai hilang kesabaran.

"Hm, besok ayah mau jadi tukang cilok aja deh!" kata ayah.

Ucapan itu, membuat seisi rumah diam.

Ummi melirik, kedua kakak Toto pun jadi kaget, mereka kira perkataan itu serius.

"Emang kenapa, yah?" kata Toto sambil mengelap air matanya.

"Kan enak, Toto bisa makan cilok setiap hari. Belinya ke Ayah, kan uangnya bisa balik lagi."

"Terus kalau enggak habis?"

"Ya Toto yang ngabisin."

Diajak berpikir seperti itu, Toto pun terdiam. Lalu ayah menjelaskan dampak dari makanan tersebut. Taktik ayah jitu, sejak itu Toto bisa direm. Ia tak lagi merengek setiap melihat tukang cilok.

Pendidikan keluarga mengimbau kaum pria untuk turut mendidik. Teman-teman sang ayah dan lingkungan sosialnya akan memberi wawasan dan warna si anak. Kurangnya pendidikan dari kaum pria mengakibatkan sifat, perasaan, tekad dan cara berpikir si anak terpengaruh cukup signifikan.

Ada seorang anak lelaki yang nyalinya kecil, di kelas ia tak berani mengacungkan tangan untuk menjawab pertanyaan, kalaupun menjawab suaranya nyaris tak terdengar. Rangkingnya papan bawah.

Gurunya menyelidiki, ternyata anak itu di rumah selalu mengikuti ibunya. Umumnya wanita, takut anaknya terluka sehingga ia selalu melindungi. Saking sayangnya si ibu memborong semua pekerjaan. Alhasil, anaknya berwatak inrovert (tertutup) dan tak punya nyali.

Al-Qur'an mengisahkan Ibrahim dan Ismail, sebagai ayah dan anak yang kompak dalam mewujudkan cintanya kepada ketaatan. Dalam do'anya Ibrahim as, "Dan orang yang berkata, "Ya Tuhan kami, anugrahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa." (QS 25:74)

Menurut Ustadzah Raudhotul Munawarah, seorang lelaki disebut ayah karena berawal dari pernikahan. Sesuai dengan firman Allah di surat an-Nisa ayat 34, laki-laki adalah qowam (pemimpin). "Sebagai pemimpin dalam rumah tangga, suami harus mengayomi isteri dan anak-anaknya," jelas wanita yang biasa dipanggil Raudhoh ini.

Firman Allah SWT, "Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka (laki-laki) atas sebahagian yang lain (wanita), dan karena mereka (laki-laki) telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang shalih, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada. Oleh karena Allah telah memelihara (mereka). Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar." (QS an-Nisa:34)

Lebih lanjut, psikolog yang juga sebagai konsultan BP4 di Jakarta ini menjelaskan, memimpin tidak bisa dikerjakan sambil lalu, karena akan dimintai pertanggungjawabannya di akhirat. Ini adalah peran pertama suami, sebagai qowam. Jadi, seorang suami harus adil, mengayomi, dan membimbing. "Singkatnya, harus mampu menjaga aura rumah tangga," terangnya.

Peran kedua, masih menurut Raudhoh yaitu memberi nafkah. Seorang suami berkewajiban memberi nafkah lahir-bathin, sandang, pangan, dan papan. "Tentunya sesuai kemampuan," katanya.

Meski sebagai qowam, ayah juga tak boleh meninggalkan hal-hal yang bersifat teknis dan praktis di rumah. "Memang ayah tidak bisa menyusui, tapi sekali-kali bisa  membantu dengan membuatkan susu, memandikan atau mengganti popok anak. Kenapa tidak?' beber alumni Psikolog UGM tahun 1979 ini.

Sesuai surat an-Nisa ayat 34 di atas, Raudhoh menambahkan, peran ketiga dari seorang ayah adalah medidik anak-istri, "Ayah harus terlibat penuh dalam menentukan sekolah atau les bagi anak-anaknya, karena ini menyangkut masa depan mereka," kata ibu dari empat anak ini.

Peran keempat, "Ayah harus mampu mengatasi keadaan," kata Raudhoh Bukannya bingung atau malah lari dari kenyataan.

Sisi lain peran penting ayah adalah sebagai contoh model maskulin. Menurutnya, peran maskulin ayah tidak saja bagi anak laki-laki tapi juga bagi anak perempuan. Sikap lelaki yang lebih berani akan menguatkan mental si anak. "Permainan dengan ayah akan menumbuhkan keberanian, seperti bersepeda atau olahraga. Bahkan anak juga bisa dilibatkan dalam pekerjaan rumah, seperti membantu membetulkan kran atau genteng yang bocor," bebernya.

Ada hal-hal yang sudah dianggap lumrah, tapi sebenarnya suatu kesalahan. Seperti anak perempuan dekat dengan ayahnya dan anak laki-laki dekat dengan ibunya. "Sebenarnya kalau ayah dan ibu berperan dengan baik dan seimbang hal itu tidak terjadi," katanya.

Menurut Raudho, itu terjadi karena tidak ada job deskription yang jelas antara ibu dan ayah. Patokan menjadi tegas dengan pembagian kerja sehingga tidak ada salah satu yang dominan. Konsep diri si anak bahwa hidup itu berpasangan jadi jelas. "Inilah berkah dari keluarga yang sakinah mawaddah wa rahmah," katanya.

Kemana Anda setelah lelah bekerja? Untuk apa anda bekerja? Jadi untuk apa berlama-lama di tempat kerja, kalau bisa pulang lebih cepat. Bukankah sejauh bangau terbang kembali ke sarang? Wah senangnya ketika anak-anak berlarian menyambut, "papa pulang, papa pulang!"

Dari Sabili No.19 15 April 2010

1 komentar:

Yusie mengatakan...

Senangnya apabila kaum adam bisa bekerja sama dalam mendidik anak, tp kadang2 mereka juga susah untuk melakukan itu semua, padahal seorang hawa selain berperan sebagai ibu kadang harus berperan sebagai ayah........

Posting Komentar

Blog Sahabat

zeffa09. Diberdayakan oleh Blogger.

Category

Followers

© Copyright 2010 Long Life Education is proudly powered by blogger.com