[Close]

.


Rabu, 18 Agustus 2010

Jangan Bersedekah Kepada Pengemis dan Pengamen

Setiap menginjak bulan suci Ramadhan, para pengemis berbondong-bondong datang ke kota-kota besar di Indonesia. Bulan suci Ramadhan benar-benar membawa berkah bagi para pengemis ini. Bagaimana tidak? Di bulan Ramadhan penghasilan mereka dari mengemis bisa mencapai Rp.50.000 sampai Rp.100.000 per harinya. 

Umat Islam memang diwajibkan untuk mensedekahkan sebagian dari hartanya untuk fakir miskin. Tapi apa jadinya bila ternyata sedekah yang bertujuan mulia membantu meringankan beban hidup fakir miskin itu justru malah membuat para fakir miskin menjadi malas untuk mencari nafkah dari hasil keringatnya sendiri? Tampak jelas banyak laki-laki dan wanita pengemis yang sebenarnya masih mampu untuk bekerja untuk mencari nafkah. Bahkan banyak diantaranya yang berpura-pura cacat dan sebagainya untuk menipu dan mendapat iba masyarakat. 

Selain itu banyak sekali anak-anak usia sekolah yang menjadi pengamen. Dari pagi hingga malam mereka hidup di jalanan untuk mengamen di angkot atau bis. Di mana seharusnya mereka berada di bangku sekolah seperti kawan-kawan sebaya mereka pada umumnya. Mereka adalah generasi penerus bangsa. Bagaimana jadinya bangsa ini 10 atau 20 tahun ke depan bila generasi mudanya sekarang seperti ini? 

Sebenarnya pemerintah mengimbau pada masyarakat untuk tidak memberi sedekah pada pengemis atau pengamen di jalanan. Dengan demikian, mereka akan berhenti dan kapok hidup di jalanan. Tapi sepertinya rasa iba masyarakat masih tinggi (atau ga mau disiplin ya?). Belum lagi ada sebagian pengamen yang melakukan pemaksaan dengan mengucapkan kata-kata kasar dan ancaman jika mereka tidak diberi uang. 

Bila begini keadaannya, sedekah yang kita keluarkan tersebut baik atau buruk? 

Tentunya tidak ada sedekah yang buruk. Hanya saja caranya yang salah. Sedekah yang kita keluarkan seharusnya tidak membuat para pengemis dan pengamen menjadi pemalas, yang dampaknya mengemis dan mengamen menjadi penyakit sosial yang menjadi citra buruk negeri ini. Tetapi seharusnya bisa membantu para pengemis itu untuk menjadi manusia yang mandiri dalam kehidupannya. Banyak cara yang bisa dilakukan. Misalnya dengan membina mereka menjadi usahawan kecil-kecilan, atau membuat sebuah perusahaan komersil yang semua karyawannya adalah pengemis yang telah dibina. Ide bagus bukan? :D

Hal ini bisa dilakukan bila sedekah yang dikeluarkan masyarakat diorganisir oleh lembaga yang amanah dan konsisten.

Bukankah penanggulangan penyakit sosial seperti ini adalah tanggung jawab pemerintah? Dan bukankah fakir miskin dan anak-anak terlantar seharusnya dipelihara oleh negara? Ya, seharusnya begitu.

1 komentar:

Suhendi Alfarisi mengatakan...

Setuju.....

Posting Komentar

Blog Sahabat

zeffa09. Diberdayakan oleh Blogger.

Category

Followers

© Copyright 2010 Long Life Education is proudly powered by blogger.com